Pada tulisan sebelumnya, saya menuliskan bawah langkah antisipasi teror adalah dengan mengenali modus yang terus berubah. Secara jujur saya akui bahwa teroris itu pintar, begitu juga yang di katakan oleh polisi, bahwa kelompok teroris ini “smart” tapi kita tidak boleh kalah smartnya dengan mereka.
Sebelum membahas tentang modus, saya ingin mendahului tulisan ini dengan budaya atau kebiasaan kebanyakan dari masyarakat
Nah, kita balik lagi ke masalah teroris.
Coba perhatikan Noordin M. Top. Ini kata berita, Noordin M. Top, memiliki istri di setiap persembunyiannya. Yang kemarin saja istrinya di nikahi secara sirri. Noordin M. Top menutup niat terornya dengan berbuat baik dengan warga di sekitar persembunyian, yaitu dengan cara menikahi gadis penduduk desa tersebut. Coba kita nilai terhadap sikap seorang laki-laki yang mau menikahi seorang anak gadis. Tentunya kita akan menganggap, laki-laki baik, bertanggun jawab, dan setia. Dor! Kita sudah masuk perangkapnya. Dengan kita memberi penilaian positif terhadap sikap itu, bisa jadi kita akan sulit mengatakan negatif kepadanya.
Bahasannya kok jadi serius begini…
Ok, kita langsung masuk ke modus teror. Ini hanya analisa dan pandangan saja yang sifatnya hanya mengantisipasi terjadinya bom lagi.
Modus yang dilakukan sudah berubah tiga kali. Kira-kira modus apa yang akan di lakukan lagi. Sepertinya jawabannya hanya teroris yang tahu. Tapi coba kita analisa berdasarkan kebiasaan sosial masyarakat kita.
Modus yang baru saja di lakukan adalah dengan menggunakan orang dalam. Mengapa? Orang dalam lebih aman membawa barang dalam paket besar tanpa di curigai sedikut pun. Bahkan tanpa melalui pemeriksaan yang detail. Hal ini juga di sampaikan oleh mantan Kandensus 88. Nah betul
Saran saya kepada hotel adalah instruksikan kepada para petugas hotel, berlaku untuk semua pegawai apalagi yang menggunakan jasa outsourching, tetap melakukan profesionalitas dalam tugas dengan baik dan total.
Yup, cukup dulu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar